“FDS MENGUBAH PARADIGMA PESERTA PKH”
Pada bulan Mei dan Juni 2015, UPPKH Kementerian Sosial RI beserta Bank Dunia melakukan kunjungan observasi uji coba pelaksanaan pertemuan Family Development Session (FDS) di beberapa wilayah antara lain Jakarta Utara, Bogor, Pasuruan dan Sumenep.
Kunjungan observasi ini dilakukan sebagai bagian dari kegiatan ujicoba FDS dalam pertemuan bulanan yang diselenggarakan oleh Pendamping PKH terhadap keluarga peserta PKH. FDS adalah upaya perubahan perilaku keluarga peserta PKH melalui pembekalan pengetahuan di dalam ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan anak. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peserta PKH dan akhirnya mengembangkan perilaku yang positif pada keempat bidang tersebut. Materi FDS diberikan kepada peserta PKH oleh pendamping PKH dengan memanfaatkan pertemuan bulanan yang diselenggarakn secara rutin.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, pelaksanaan FDS berpengaruh positif terhadap kualitas pertemuan bulanan yang diselenggarakan. “Kalau sebelumnya kan *****a ketemu begitu aja, setelah diisi dengan materi FDS, pertemuannya jadi lebih terarah.” kata Asep Sofyan, pendamping di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Ia juga mengaku kualitas interaksi yang terjadi antara pendamping PKH dan peserta PKH mengalami perbaikan. “Ibu-ibu jadi lebih terbuka dan mau cerita kondisi yang mereka alami dalam pengasuhan anak maupun ekonomi.”
Hal yang sama juga dikemukakan oleh para pendamping di wilayah lain. Menurut Gatot Djatmiko, Pendamping PKH di Kecamatan Saronggi “FDS ini bagus untuk merubah paradigma peserta, contohnya tentang bagaimana mengasuh anak yang baik. Kalau dulu mereka pikir memukul anak itu tidak masalah, tapi setelah ikut FDS jadi tahu bahwa itu tidak baik”. Meskipun begitu, beberapa masalah terkait logistik dan koordinasi masih menjadi hambatan pelaksanaan. Ini menjadi catatan dan masukan tersendiri bagi pengelola program dalam mengawal ujicoba yang rencananya akan berlangsung hingga Desember 2015.
Dalam ujicoba ini, Kementerian Sosial RI didukung oleh Bank Dunia yang mengembangkan Modul Ekonomi dan Pendidikan, Unicef yang mengembangkan Modul Kesehatan, sedangkan Kementerian Sosial melalui Badiklit Kesos mengembangkan Modul Perlindungan Anak.
Post a Comment